Pages

Subscribe:

28 Oktober 2011

Ujian Hakim

Suatu ketika ada seorang penulis yang terampil dan cukup pintar.

Dia mengikuti ujian di pengadilan tapi gagal.

Sambil berdiri ditempat pengumuman dia memaki-maki para hakim yang mengeluarkan hasil ujian itu, merasa para hakim tidak bisa mengenali dia yang memiliki bakat.

Bersamaan saat itu, ada seorang bijak lewat dan mendengarnya.

Sambil tersenyum Dia berkata, “ Saya bisa memastikan bahwa tulisan Anda sangatlah buruk,”

Mendengar itu, sang penulis terampil itu kemudian melampiaskan kemarahannya pada orang bijak itu.
“ Mengapa menertawakan tulisanku, Anda belum membacanya bagaimana bisa tahu kalau itu buruk? “

Orang bijak itu menjawab, “ Kunci untuk menulis adalah hati harus tenang dan terus menjaganya untuk tetap tenang. Sekarang Anda memaki-maki Hakim dan sangat marah, bagaimana bisa menghasikan karya yang baik? “

Sang penulis terampil sangat terkejut dan menyadari kesalahanya, akhirnya dia meminta bantuan kepada orang bijak itu.

“Tulisan tentu harus baik, tapi jika ditakdirkan untuk gagal, keterampilan sebaik apapun tidak akan membantu Anda, Jalan terbaik adalah mengubah sikap dan perilaku,” jelas orang bijak itu.

Kemudian sang penulis terampil bertanya, “ Bagaimana cara untuk mengubahnya? ”

Orang bijak itu menjawab, “ Jika mengikuti ajaran Sang Pencipta dan melakukan perbuatan baik, apa yang tidak bisa Anda dapatkan? “

Sang penulis terampil sambil mendesah berkata, “Saya hanya seorang sarjana miskin. Dimana bisa menemukan cukup uang untuk melakukan perbuatan baik? “

Orang bijak itu menjawab, “Jadilah orang yang penuh belas kasih dan mengultivasi sifat baik, Hal yang paling penting adalah hati. Setiap saat menanamkan kebaikan dalam hati. Rendah hati dan selalu siap membantu orang lain dengan hati yang benar-benar tulus. Ikuti ajaran Tuhan, orang tidak perlu uang untuk melakukan perbuatan baik. Mengapa tidak sebaiknya intropeksi diri daripada memaki hakim tersebut.”

Sejak saat itu sang penulis terampil sangat baik pada semua orang dan ketat mematut dirinya. Berkultivasi kebaikan dan menjadi orang yang bermoral tinggi.

Dia mendirikan sekolah, menghimbau penduduk untuk bersekolah. Mengajar tiap orang tidak melakukan perbuatan menyimpang dan melakukan perbuatan baik tak peduli betapa kecil situasinya. Dia sangat dipuji oleh penduduk.

Tiga tahun berlalu, sang penulis terampil mencoba kembali ikut ujian. Dan dia lulus ujian pengadilan.

Dia tetap rendah hati, dan terus membantu orang yang membutuhkan.
___________________________________________

Semoga tulisan ini dapat menumbuhkan moral bagi penerus bangsa.

SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar